World Hepatitis Day atau Hari Hepatitis Sedunia
ditandai tanggal 28 Juli setiap tahun. Di sekitar tanggal ini, berbagai
kampanye dilakukan agar masyarakat lebih sadar tentang hepatitis serta
penyebabnya.
Hepatitis berarti pembengkakan liver atau hati.
Terdapat 7 jenis hepatitis ditandai dengan huruf A hingga G. Ada 4 jenis yang
kerap ditemui, yaitu hepatitis A, B, C dan E. Seluruh virus di atas dapat
menyebabkan penyakit akut dengan gejala-gejala yang dapat berlangsung beberapa
minggu, seperti warna kulit dan mata yang menguning, air seni berwarna gelap,
merasa sangat lelah, mual, muntah dan sakit perut.
Karena hepatitis B dan C umumnya tak menimbulkan
gejala tertentu, banyak orang tak sadar terkena penyakit tersebut hingga
kemudian muncul gejala sirosis atau kanker hati beberapa tahun kemudian.
Sekitar 65 persen penderita hepatitis B dan 75 persen penderita hepatitis C
tidak tahu mereka terinfeksi.
“Hepatitis viral (yang disebabkan virus) perlu
mendapatkan prioritas sumber daya dan upaya. Surveilans yang baik menjadi kunci
pengendalian. Imunisasi hepatitis B pada anak semestinya bisa mencakup 95
persen,” demikian disampaikan Direktur Regional WHO untuk Asia Tenggara Dr
Samlee Plianbangchang. “Pemeriksaan hepatitis B dan C pada darah dan produk
darah semestinya menjadi prosedur standar,” tambahnya.
Hepatitis A dan hepatitis E juga masalah
kesehatan serius. Di kawasan Asia Tenggara, setiap tahun terdapat sekitar 12
juta kasus infeksi hepatitis E. Jumlah ini adalah setengah dari beban penyakit
hepatitis E di seluruh dunia. Luasnya populasi terinfeksi, apalagi jika
menimbulkan wabah, tentu menimbulkan masalah kesehatan yang serius.
Kedua penyakit ini dipercepat penyebarannya
melalui makanan dan air di lingkungan yang tidak sehat. Di kebanyakan negara
Asia Tenggara, laju pembangunan memicu percepatan urbanisasi. Wilayah perkotaan
yang padat adalah lingkungan tepat bagi penyebaran virus hepatitis ini.
“Mutu tes hepatitis di laboratorium pemerintah
dan swasta perlu dipantau. Kita perlu meningkatkan pengetahuan masyarakat
tentang risiko hepatitis viral, terutama bagi pekerja kesehatan dan sosial,”
sambung Dr Plianbangchang.
Dalam mengatasi problem kesehatan yang penting
ini, WHO sedang mengembangkan strategi pencegahan dan pengendalian hepatitis di
Asia Tenggara. Untuk mendukung upaya itu, WHO mengumpulkan 11 pakar kesehatan
untuk menyelesaikan 6 pilar strategi yang mencakup kebijakan, perencanaan dan
mobilisasi sumber daya, surveilans, pencegahan dan pengendalian, perawatan
medis, serta perawatan dan penelitian.
Tidak ada komentar:
:f :D :) ;;) :x :$ x( :?
:@ :~ :| :)) :( :s :(( :o
Posting Komentar